Negara Bersinar, Bersinar Apanya?
Manakala nama ibukotanya yang disebut, yah bagus dan aman-aman saja,
Ada Medan, Manado, Sofifi, dan yang masih diusulkan, Tarakan namanya.
Empat serangkai daerah yang indah menawan dengan keunikan budaya,
Pendek kata ragam dan warna untaian ini mutiara dijamin penuh pesona,
Semua berada di garis melintang bagian utara, layaknya sebuah mahkota,
Dari jauh tampak gagah perkasa, dari dekat kilatan tiaranya silaukan mata.
Inilah Indonesia Raya yang sejak jaman Gajah Mada dan Sumpah Palapanya
Memang sudah ditakdirkan megah perkasa pujaan bangsa-bangsa di dunia.
Singkat kata mulai dari Sumut, Sulut, Malut, dan Kalut, jadilah catur provinsia
Andalan harapan bangsa, hanya saja kalau nama tidak hanya punya makna,
Tetapi juga dalam budaya kita bisa tentukan bagaimana nasib manusianya,
Kalau nanti memang disetujui, pikirkan kembali nama provinsi terbaru kita.
Ya ... pikirkan itu Kalut, sekilas saja tampak mentereng dan indah manakala
Disandingkan dengan saudara-saudaranya yang telah jauh lebih dulu ada,
Tetapi karena Kalut juga punya makna khusus dalam kosa kata Indonesia,
Yang yah, sudah banyak tahun rasanya kita akrab dengan nuansa maknanya,
Maka sarannya janganlah ditambah, yang sudah ada saja wah sejuta rasanya
Apalagi masih mau ditambah carut marut kalut campuran maut dan baut katanya.
Pikirkan singkatan baru walaupun Kalut rasanya sudah tepat dan pas citarasanya.
Lalu apa yang dibagian matahari terbit sana tidak ada usulan Paput, umpamanya?
Ha ... ha ... ha ... supaya semakin banyak dan bersinar saja ini negara merdeka.
Kita tunggu saja bagaimana para wakil rakyat bermain-main di gedungnya sana.
Berita paling anyar datang dari kunjungan kenegaraan sang menteri perdana
Dari negara di eropa yang mata uangnya dikenal paling tinggi nilai tukarnya.
Ini menteri perdana dengan ringan enteng berkata Indonesialah contoh negara
Yang bersinar uniknya, pemeluk agama padang pasir mayoritas penduduknya
Tetapi gaya demokrasinya termasuk salah satu yang paling jempolan di dunia.
Banyak teman-teman angguk-angguk membaca ini berita meskipun satu dua,
Yah seperti biasanya, bertanya dengan nada tidak percaya, bersinar apanya?
Perusakan atas nama demokrasi dan agama kan marak terjadi di mana-mana.
Tetapi sebagai warga negara walau sadar carut marut kalut banyak buahnya
Tetap saja ini negara tercinta tempat dilahirkan beta, bekerja dan berkarya,
Mengabdi pada negara dan sesama sampai nanti di akhir menutup mata.
Ya ... Indonesia Raya memang bersinar dan jaya karena ini tanah pusaka,
Pusaka kita semuanya, marilah kita mendoa, Indonesia bahagia, lirik kedua
Lagu kebangsaan yang entah mengapa tak pernah lagi dinyanyikan bersama.
Indonesia, tanah yang suci, tanah kita yang sakti, di sanalah aku berdiri,
Menjaga ibu sejati, Indonesia, tanah berseri, tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji, Indonesia abadi, lirik ketiga ini nasibnya juga sami,
Mirip dilupakannya janji, sehingga jangankan dinyanyi, dibaca kembali
Rasanya seperti sudah tak sudi, padahal penggubahnya mempunyai janji
Mengobarkan semangat pemuda pemudi agar mau berjanji pada diri sendiri
Akan selalu membuat ibu pertiwi tersenyum berseri tidak hanya di pagi hari
Ketika matahari gemilang bernyanyi-nyanyi tetapi juga siang dan sore hari
Ketika akhir hidup menanti ... tetapi sayang ... ini janji susah sekali ditepati.
Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Poznan, Poland
Manakala nama ibukotanya yang disebut, yah bagus dan aman-aman saja,
Ada Medan, Manado, Sofifi, dan yang masih diusulkan, Tarakan namanya.
Empat serangkai daerah yang indah menawan dengan keunikan budaya,
Pendek kata ragam dan warna untaian ini mutiara dijamin penuh pesona,
Semua berada di garis melintang bagian utara, layaknya sebuah mahkota,
Dari jauh tampak gagah perkasa, dari dekat kilatan tiaranya silaukan mata.
Inilah Indonesia Raya yang sejak jaman Gajah Mada dan Sumpah Palapanya
Memang sudah ditakdirkan megah perkasa pujaan bangsa-bangsa di dunia.
Singkat kata mulai dari Sumut, Sulut, Malut, dan Kalut, jadilah catur provinsia
Andalan harapan bangsa, hanya saja kalau nama tidak hanya punya makna,
Tetapi juga dalam budaya kita bisa tentukan bagaimana nasib manusianya,
Kalau nanti memang disetujui, pikirkan kembali nama provinsi terbaru kita.
Ya ... pikirkan itu Kalut, sekilas saja tampak mentereng dan indah manakala
Disandingkan dengan saudara-saudaranya yang telah jauh lebih dulu ada,
Tetapi karena Kalut juga punya makna khusus dalam kosa kata Indonesia,
Yang yah, sudah banyak tahun rasanya kita akrab dengan nuansa maknanya,
Maka sarannya janganlah ditambah, yang sudah ada saja wah sejuta rasanya
Apalagi masih mau ditambah carut marut kalut campuran maut dan baut katanya.
Pikirkan singkatan baru walaupun Kalut rasanya sudah tepat dan pas citarasanya.
Lalu apa yang dibagian matahari terbit sana tidak ada usulan Paput, umpamanya?
Ha ... ha ... ha ... supaya semakin banyak dan bersinar saja ini negara merdeka.
Kita tunggu saja bagaimana para wakil rakyat bermain-main di gedungnya sana.
Berita paling anyar datang dari kunjungan kenegaraan sang menteri perdana
Dari negara di eropa yang mata uangnya dikenal paling tinggi nilai tukarnya.
Ini menteri perdana dengan ringan enteng berkata Indonesialah contoh negara
Yang bersinar uniknya, pemeluk agama padang pasir mayoritas penduduknya
Tetapi gaya demokrasinya termasuk salah satu yang paling jempolan di dunia.
Banyak teman-teman angguk-angguk membaca ini berita meskipun satu dua,
Yah seperti biasanya, bertanya dengan nada tidak percaya, bersinar apanya?
Perusakan atas nama demokrasi dan agama kan marak terjadi di mana-mana.
Tetapi sebagai warga negara walau sadar carut marut kalut banyak buahnya
Tetap saja ini negara tercinta tempat dilahirkan beta, bekerja dan berkarya,
Mengabdi pada negara dan sesama sampai nanti di akhir menutup mata.
Ya ... Indonesia Raya memang bersinar dan jaya karena ini tanah pusaka,
Pusaka kita semuanya, marilah kita mendoa, Indonesia bahagia, lirik kedua
Lagu kebangsaan yang entah mengapa tak pernah lagi dinyanyikan bersama.
Indonesia, tanah yang suci, tanah kita yang sakti, di sanalah aku berdiri,
Menjaga ibu sejati, Indonesia, tanah berseri, tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji, Indonesia abadi, lirik ketiga ini nasibnya juga sami,
Mirip dilupakannya janji, sehingga jangankan dinyanyi, dibaca kembali
Rasanya seperti sudah tak sudi, padahal penggubahnya mempunyai janji
Mengobarkan semangat pemuda pemudi agar mau berjanji pada diri sendiri
Akan selalu membuat ibu pertiwi tersenyum berseri tidak hanya di pagi hari
Ketika matahari gemilang bernyanyi-nyanyi tetapi juga siang dan sore hari
Ketika akhir hidup menanti ... tetapi sayang ... ini janji susah sekali ditepati.
Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Poznan, Poland
tribudhis 13 Apr, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar