Mengubah Persepsi – Menginovasi Nurani
Produk, proses, layanan, teknologi dan gagasan adalah obyek bagi inovasi,
Sedangkan persepsi biasanya banyak kali berurusan dengan bentukan imaji.
Keduanya tentu berbeda walaupun sejauh yang dapat diamati dan diketahui,
Yang dapat melakukan keduanya hanya manusia yang berotak dan bernurani.
Pertanyaannya sekarang apakah bisa persepsi diubah dan nurani diinovasi,
Yang jika dilanjutkan bisakah persepsi tidak hanya diubah tetapi juga diinovasi,
Bisakah nurani dan elemen ikutannya tidak hanya diubah tetapi juga diinovasi,
Walau tentu saja tidak harus sekali jadi tetapi boleh saja jika harus berkali-kali
Mengalami apa yang disebut modifikasi, modifikasi persepsi dan hati nurani?
Inilah yang jelas luput dipikirkan tidak hanya oleh para pebisnis tingkat tinggi,
Yang pasti berkepentingan pada inovasi guna mencapai perolehan profit tinggi,
Juga oleh para pebisnis kelas teri yang kepala dan hati seringkali cuma dipenuhi
Sejumlah strategi yang dipelajari dari buku, kampus, kolega dan juga para relasi
Guna menyukseskan usaha yang dikembangkan sendiri supaya dapat mandiri
Di tengah-tengah persaingan yang semakin hari semakin jadi ajang adu prestasi.
Singkat kata, persepsi sehari-hari bahwa itu kegiatan guna capai usaha mandiri
Selalu mengabaikan nurani, tidak memikirkan empati, yang ada di dalam hati
Bagaimana berlomba-lomba sukseskan diri, sehingga kepala tegak kala berdiri,
Dada membusung kala menatap dengan mata berseri-seri, dan lihat inilah kami,
Pengusaha kecil yang mandiri, sedang mencoba tidak hanya manfaatkan inovasi
Tetapi juga berkereasi sendiri ... sedangkan yang lain kami pikirkan kembali nanti.
Jika instutusi pendidikan resmi terus berlomba-lomba guna memanipulasi persepsi
Dan terus menerus memompakan konsepsi bahwa yang disebut sebagai inovasi,
Baik buah karya orang-orang dari lain negeri atau kalau perlu ya diciptakan sendiri
Adalah sesuatu yang mulia dan tinggi kedudukannya di ini negeri, sementara hati
Dan nurani, empati dan rasa peduli, dikurung saja dalam sebuah kandang besi
Agar tidak mengganggu usaha dan kreasi diri guna mencapai prestasi bergengsi,
Sukses manfaatkan inovasi, capai prestasi mandiri, tegak berdiri dalam industri,
Wah ... kulit muka mungkin saja tampak berseri-seri tetapi bagaimana dengan hati
Yang kelam kekurangan sinar matahari, bagaimana nurani yang tenggelam mati,
Bagaimana dengan empati yang jarang diasah lagi, dan bagaimana rasa peduli
Yang semakin lama semakin jauh berlari karena memang dianggap onak dan duri?
Bukankah ini sama saja dengan sengaja membuat manusia pongah bangga diri,
Dengan semua keberhasilan dan prestasi, dengan semua manipulasi dan inovasi?
Sementara bagian diri yang tak kalah pentingnya, nurani, empati dan rasa peduli,
Terus diabaikan tidak hanya berhari-hari tetapi mungkin sampai hari tua nanti?
Repotnya yang sudah sukses mandiri dan harta kekayaan tersebar di sana-sini
Bukannya ungkapan betapa pada akhirnya hati nurani, empati dan rasa peduli
Yang paling penting dalam hidup ini, eh ... malah berbangga diri selalu dipuji-puji
Karena dianggap ikut serta menciptakan banyak pemimpi yang ingin mandiri,
Hidup sukses bergengsi, penghasilan mengalir dengan sendiri, jadi anak negeri
Yang ikut memajukan ekonomi, menggulirkan roda investasi dan ... prestasi.
Prestasi bergengsi alirkan harta ke pundi sendiri, walau tentu di balik semua ini,
Sifat rakus terus dipelihara untuk memperkaya diri sendiri, dengan memanipulasi
Mimpi-mimpi anak muda dalam bingkai hidup mandiri memanfaatkan inovasi.
Sayang memang tetapi itulah realita yang terus menerus terjadi di ini negeri.
Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Poznan, Poland
Produk, proses, layanan, teknologi dan gagasan adalah obyek bagi inovasi,
Sedangkan persepsi biasanya banyak kali berurusan dengan bentukan imaji.
Keduanya tentu berbeda walaupun sejauh yang dapat diamati dan diketahui,
Yang dapat melakukan keduanya hanya manusia yang berotak dan bernurani.
Pertanyaannya sekarang apakah bisa persepsi diubah dan nurani diinovasi,
Yang jika dilanjutkan bisakah persepsi tidak hanya diubah tetapi juga diinovasi,
Bisakah nurani dan elemen ikutannya tidak hanya diubah tetapi juga diinovasi,
Walau tentu saja tidak harus sekali jadi tetapi boleh saja jika harus berkali-kali
Mengalami apa yang disebut modifikasi, modifikasi persepsi dan hati nurani?
Inilah yang jelas luput dipikirkan tidak hanya oleh para pebisnis tingkat tinggi,
Yang pasti berkepentingan pada inovasi guna mencapai perolehan profit tinggi,
Juga oleh para pebisnis kelas teri yang kepala dan hati seringkali cuma dipenuhi
Sejumlah strategi yang dipelajari dari buku, kampus, kolega dan juga para relasi
Guna menyukseskan usaha yang dikembangkan sendiri supaya dapat mandiri
Di tengah-tengah persaingan yang semakin hari semakin jadi ajang adu prestasi.
Singkat kata, persepsi sehari-hari bahwa itu kegiatan guna capai usaha mandiri
Selalu mengabaikan nurani, tidak memikirkan empati, yang ada di dalam hati
Bagaimana berlomba-lomba sukseskan diri, sehingga kepala tegak kala berdiri,
Dada membusung kala menatap dengan mata berseri-seri, dan lihat inilah kami,
Pengusaha kecil yang mandiri, sedang mencoba tidak hanya manfaatkan inovasi
Tetapi juga berkereasi sendiri ... sedangkan yang lain kami pikirkan kembali nanti.
Jika instutusi pendidikan resmi terus berlomba-lomba guna memanipulasi persepsi
Dan terus menerus memompakan konsepsi bahwa yang disebut sebagai inovasi,
Baik buah karya orang-orang dari lain negeri atau kalau perlu ya diciptakan sendiri
Adalah sesuatu yang mulia dan tinggi kedudukannya di ini negeri, sementara hati
Dan nurani, empati dan rasa peduli, dikurung saja dalam sebuah kandang besi
Agar tidak mengganggu usaha dan kreasi diri guna mencapai prestasi bergengsi,
Sukses manfaatkan inovasi, capai prestasi mandiri, tegak berdiri dalam industri,
Wah ... kulit muka mungkin saja tampak berseri-seri tetapi bagaimana dengan hati
Yang kelam kekurangan sinar matahari, bagaimana nurani yang tenggelam mati,
Bagaimana dengan empati yang jarang diasah lagi, dan bagaimana rasa peduli
Yang semakin lama semakin jauh berlari karena memang dianggap onak dan duri?
Bukankah ini sama saja dengan sengaja membuat manusia pongah bangga diri,
Dengan semua keberhasilan dan prestasi, dengan semua manipulasi dan inovasi?
Sementara bagian diri yang tak kalah pentingnya, nurani, empati dan rasa peduli,
Terus diabaikan tidak hanya berhari-hari tetapi mungkin sampai hari tua nanti?
Repotnya yang sudah sukses mandiri dan harta kekayaan tersebar di sana-sini
Bukannya ungkapan betapa pada akhirnya hati nurani, empati dan rasa peduli
Yang paling penting dalam hidup ini, eh ... malah berbangga diri selalu dipuji-puji
Karena dianggap ikut serta menciptakan banyak pemimpi yang ingin mandiri,
Hidup sukses bergengsi, penghasilan mengalir dengan sendiri, jadi anak negeri
Yang ikut memajukan ekonomi, menggulirkan roda investasi dan ... prestasi.
Prestasi bergengsi alirkan harta ke pundi sendiri, walau tentu di balik semua ini,
Sifat rakus terus dipelihara untuk memperkaya diri sendiri, dengan memanipulasi
Mimpi-mimpi anak muda dalam bingkai hidup mandiri memanfaatkan inovasi.
Sayang memang tetapi itulah realita yang terus menerus terjadi di ini negeri.
Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Poznan, Poland
tribudhis 18 Apr, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar