Seorang mantan penari telanjang, Romila Aparacida Ferreira, berencana akan menggugat Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Brazil. Gugatan ini dilakukan Romila karena ia mengaku pernah menerima penganiayaan dari penjaga keamanan kantor kedutaan tersebut.
Romila mengatakan, tanggal 29 Desember tahun lalu, ia bertemu dengan tiga orang pekerja di kantor Kedubes AS, beserta beberapa orang Warga Negara AS, di klub malam Apples, tempat dimana ia bekerja sebagai penari telanjang.
"Kami minum-minum, dan mengobrol, kemudian kita sepakat harga tarif kencan," ujarnya seperti dikutip dari CNN, Minggu (29/4/2012).
Kemudian, tiga anggota Marinir AS, dan satu karyawan kedutaan, meminta sopir kedutaan untuk datang menjemput mereka. Bersama-sama mereka meninggalkan klub menggunakan sebuah van Kedutaan.
Di tengah perjalanan Romila mengaku terlibat cekcok dengan supir Kedutaan. Ia kemudian dipaksa keluar dari dalam van. Sejurus kemudian seorang anggota marinir melemparnya ke luar dari van yang tengah melaju.
"Saat itulah mobil itu menyeret saya dan merobek kulit dari kakiku. Aku melepaskan pegangan dan kemudian ban belakang melaju di atas saya, benar-benar tepat di atasku," katanya.
Akibatnya, Romila mengaku menderita patah tulang leher, tiga tulang rusuk patah dan paru-paru bocor.
Namun kronologis yang diceritakannya, berbeda dengan laporan polisi. Menurut mereka van itu berhenti di tepi jalan dan membiarkan perempuan itu turun dari dalamnya dengan selamat.
Kuasa Hukum Romila, Antonio Rodrigo Machado, mengatakan gugatan yang dilayangkan pihaknya bukanlah untuk mendapatkan sejumlah uang memanfaatkan kasus yang dialami kliennya, namun lebih kepada pembelaan terhadap kehormatan kliennya.
"Ini masalah kehormatan dan reputasi, jika uang akan membuat mereka menderita dan mengenali seberapa banyak rasa sakit yang mereka sebabkan, kemudian biarkan itu menjadi uang," serunya.
Kedubes AS di Brazil, menurut Departemen Luar Negeri AS, telah dimintai jawabannya terkait tudingan tersebut. smber
Romila mengatakan, tanggal 29 Desember tahun lalu, ia bertemu dengan tiga orang pekerja di kantor Kedubes AS, beserta beberapa orang Warga Negara AS, di klub malam Apples, tempat dimana ia bekerja sebagai penari telanjang.
"Kami minum-minum, dan mengobrol, kemudian kita sepakat harga tarif kencan," ujarnya seperti dikutip dari CNN, Minggu (29/4/2012).
Kemudian, tiga anggota Marinir AS, dan satu karyawan kedutaan, meminta sopir kedutaan untuk datang menjemput mereka. Bersama-sama mereka meninggalkan klub menggunakan sebuah van Kedutaan.
Di tengah perjalanan Romila mengaku terlibat cekcok dengan supir Kedutaan. Ia kemudian dipaksa keluar dari dalam van. Sejurus kemudian seorang anggota marinir melemparnya ke luar dari van yang tengah melaju.
"Saat itulah mobil itu menyeret saya dan merobek kulit dari kakiku. Aku melepaskan pegangan dan kemudian ban belakang melaju di atas saya, benar-benar tepat di atasku," katanya.
Akibatnya, Romila mengaku menderita patah tulang leher, tiga tulang rusuk patah dan paru-paru bocor.
Namun kronologis yang diceritakannya, berbeda dengan laporan polisi. Menurut mereka van itu berhenti di tepi jalan dan membiarkan perempuan itu turun dari dalamnya dengan selamat.
Kuasa Hukum Romila, Antonio Rodrigo Machado, mengatakan gugatan yang dilayangkan pihaknya bukanlah untuk mendapatkan sejumlah uang memanfaatkan kasus yang dialami kliennya, namun lebih kepada pembelaan terhadap kehormatan kliennya.
"Ini masalah kehormatan dan reputasi, jika uang akan membuat mereka menderita dan mengenali seberapa banyak rasa sakit yang mereka sebabkan, kemudian biarkan itu menjadi uang," serunya.
Kedubes AS di Brazil, menurut Departemen Luar Negeri AS, telah dimintai jawabannya terkait tudingan tersebut. smber
ri4nx 30 Apr, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar