Prof Sofjan: Juki, Fahri, Ketua Fraksi PKS, Enji dan Anas muka badak

Laporan dari Den Haag
Prof. Sofjan: RI Rusak karena Politisi Muka Badak
Eddi Santosa - detikNews
Selasa, 21/02/2012 16:55 WIB

Den Haag Elite politik korupsi, kriminal, asusila, tidak kapabel tapi tetap dengan segala cara ngotot mempertahankan kedudukannya adalah ciri para muka badak, tidak beradab. RI rusak karena mereka ini.

Hal itu disampaikan Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA kepada detikcom di Den Haag pagi ini, mencermati perkembangan Indonesia yang semakin jauh dari semangat reformasi, Selasa (21/2/2012).

Menurut Prof. Sofjan, hakekat reformasi 14 tahun silam di Idonesia adalah memberantas KKN, mengembangkan budaya mundur, dan mengikis apa yang disebutnya para muka badak, yang sangat kontaraproduktif dengan jiwa dan semangat demokrasi dan reformasi.

"Namun sangat disayangkan semakin lama semakin menjamur politisi bermuka badak. Ketua DPR RI Marzuki Ali sampai berbohong berkali-kali untuk membangun gedung baru DPR. Gagasan ini gagal, dilawan rakyat. Namun dia tidak merasa gagal, bahkan berpretensi sukses," ujar Prof. Sofjan.

Padahal, lanjut Prof. Sofjan, budaya malu, tahu diri, lalu mengundurkan diri merupakan karakteristik beradab, demokratis dan gentleman, sebagaimana ditunjukkan oleh para politisi di negara-negara maju.

"Jika gagasan atau kebijakannya gagal, mereka langsung mundur, tanpa harus dimundurkan oleh rakyat," imbuh Prof. Sofjan.

Dicontohkan, pada Senin (20/2/2012) kemarin, Ketua Umum Partai Buruh (PvdA) Belanda Job Cohen mengundurkan diri sebagai ketua partai, ketua fraksi, dan juga mundur sebagai anggota parlemen Belanda. Alasan Cohen, karena dia merasa gagal tidak bisa membangun partai sesuai dengan janjinya.

Presiden Jerman Christian Wulff, yang sejak menjadi presiden dua tahun silam tidak punya rumah dinas dan rumah pribadi, juga mengundurkan diri karena dikritik meminjam uang resmi dan sah dari bank Jerman sebanyak EUR 500.000 euro dengan bunga rendah.

Namun bunga rendah itu dianggap sebagai bentuk penyalahgunaan jabatan. Wulff malu, lalu mengundurkan diri dari kursi empuk presiden pada Jumat (18/2/2012).

Sikap serupa ditunjukkan oleh Direktur Bank Sentral Swiss yang mengundurkan diri karena isterinya menukarkan uang beberapa puluh ribu USD, dua hari sebelum diumumkan resmi perubahan kurs mata uang Franc Swiss/CHF ke USD. Tidak ada demonstrasi, hanya kritik di media saja tentang isterinya, sang suami langsung mengundurkan diri, tanpa ada yang minta mundur.

Jauh sebelumnya di 2003 Wakil Perdana Menteri Belanda dan Ketua Partai D66 Thom de Graff juga menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sehari setelah gagasannya untuk pemilihan walikota langsung oleh rakyat kandas di parlemen.

"Bandingkan dengan di Indonesia. Tokoh PKS Fachri Hamzah menggagas bubarkan KPK, tapi dia tidak merasa gagal, karena memang dia juga bagian dari mahluk gerombolan DPR, bukan yang sportif dan gentleman seperti di Eropa," papar Prof. Sofjan.

Lanjut Sofjan, BURT DPR akan dibubarkan usul ketua fraksi PKS tahun silam, namun kenyataannya BURT semakin kokoh dan ganas menggerogoti uang rakyat. "Si penggagas ide tidak merasa gagal, bahkan dia merasa sukses, sehingga susah buat rakyat membedakan politisi beradab atau bermuka badak," kecam Sofjan.

Kasus korupsi yang menimpa elite Partai Demokrat, juga menunjukkan sikap rendah dan tidak beradab. Bagaimana Angelina Sondakh yang sudah ditetapkan sebagai tersangka mau ditempatkan di Komisi III DPR RI yang membidangi hukum dan Ketua Anas Urbaningrum yang sudah begitu detil disebut keterlibatannya bisa tanpa malu mempertahankan kedudukannya dengan wajah santun?

"Kenapa fenomena sangat rendah, tidak beradab dan tak punya malu itu malah mendominasi di Indonesia? Padahal sangat berbahaya kalau rakyat sampai apatis dan tidak mempercayai para pemimpinnya," pungkas Sofjan.
(es/es)
==========

gue setuju banget sama pendapat ini..
bagaimana dengan para pendulum demokrat dan PKS di De-F..? :lol:

pengarang_lagu 22 Feb, 2012

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...