Ibu dan Anak (Ilustrasi) (vavai)
REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini tidak sedikit ibu rumah tangga yang melakukan kekerasan pada anak-anaknya. Kekerasan dalam rumah tangga terjadi karena berbagai sebab di antaranya impitan ekonomi, masalah sosial, dan masalah psikologis pelakunya.
Menurut psikolog anak, Elly Risman Musa, anak yang kerap menerima pukulan akan memengaruhi kondisi psikologisnya yaitu rasa sakit dan rasa cemas akan mendapat perlakuan itu lagi di masa yang lain. Akibat lain yang kurang baik juga adalah proses belajar anak dalam mengekspresikan kemarahan. ''Anak akan belajar bahwa jika marah boleh memukul,'' kata Elly dalam satu konsultasi.
Hal ini akan buruk bagi penyesuaian anak ketika ia mulai berinteraksi dengan teman sebaya di luar rumah. Anak akan mudah memukul pada saat keinginannya tidak terpenuhi oleh temannya atau bila sedang kesal. Kelak, ujar Elly, anak akan mendapat label negatif dari anak lain seperti bandel, nakal, tukang mukul, dan sebagainya yang pada akhirnya akan menurunkan harga diri anak.
Bila ibu kerap mengalami masalah emosi ketika sedang datang bulan, Elly menyarankan agar sang ibu mengetahui dengan pasti kapan masa sindroma pramenstruasi akan muncul. Jika merasa sedang tidak nyaman, cobalah untuk menahan diri atau lakukan tindakan menarik diri dari anak pada saat ia melakukan tingkah laku yang tidak diinginkan. ''Masuklah ke kamar atau pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka atau berwudhu,'' papar Elly.
Jika sudah merasa lebih nyaman cobalah berpikir dengan tenang tentang kesalahan anak. ''Lakukan pesan saya dengan menyebutkan tingkah laku anak yang tidak Ibu sukai dan perasaan Ibu melihatnya, misalnya, ''Kalau Azam naik naik ke teralis, Ibu merasa kesal karena nanti Azam bisa jatuh'','' ungkap Elly.
Dengan mengatakannya, anak belajar konsekuensi tindakannya terhadap perasaan ibunya. Jika mengatakannya dengan suara yang tidak keras, anak akan menyimpannya dalam ingatannya dan mudah mudahan ia tidak mengulangi lagi.
(author unknown) 28 Feb, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar