Di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, tepatnya di perkampungan Suku Padoe, ada sebuah goa yang diberi nama goa tengkorak. Di dalam liang goa banyaknya berserakan kerangka tulang belulang dan tengkorak manusia yang berukuran lebih besar dari kerangka manusia zaman sekarang.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 kilometer dari lokasi perkampungan Suku Padoe di Dusun Lioka, Desa Wawondula, Kecamatan Towuti, dengan mengendarai sepeda motor, menyusuri jalan setapak di kaki bukit Tabarano yang masih ditumbuhi pohon-pohon berukuran besar, dan memancarkan panorama alam yang begitu indah, akhirnya saya tiba di sebuah goa.
Seperti halnya goa-goa yang ada di daerah lain, dimana dinding goa banyak terdapat batu stalagtit dan stalagmit yang melenjong berbentuk runcing, di goa ini juga banyak terdapat di dindingnya.
Menariknya, di dalam liang goa banyak berserakan kerangka tulang belulang dan tengkorak manusia yang berukuran sedikit lebih besar dari kerangka manusia zaman sekarang. Karena dipenuhi tulang dan tengkorak manusia, maka masyarakat Suku Padoe, meyebutnya dengan nama Goa Tengkorak.
Arita, warga suku Padoe yang tinggal di sekitar lokasi goa tengkorak, yang ditemui Rabu (16/5/2012) menuturkan, jika dulunya goa tersebut tidak hanya dipenuhi kerangka manusia, namun di dalam liang goa, banyak terdapat peti yang didalamnya berisi emas dan barang antik, seperti guci dan uang koin kuno, hingga peralatan perang Suku Padoe.
Namun barang–barang antik tersebut, kini hanya tinggal beberapa buah saja, selebihnya hilang dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
"Goa ini adalah tempat penyimpanan jenazah nenek moyang kami di zaman dahulu, dimana saat itu Suku Padoe belum mengenal agama animisme. Namun setelah kami Suku Padoe menganut agama, maka warga yang meninggal dikuburkan ditanah "pekuburan" dan tidak lagi disimpan di dalam lubang goa," tutur Arita.
Selain Goa Tengkorak, juga terdapat Goa Kelelewar di sekitar bukit Tabarano. Walaupun terlihat menarik untuk dikunjungi, namun kedua goa tersebut tidaklah ramai dikunjungi orang, hal ini diakibatkan akses jalan menju ke lokasi goa, sangat jelek dan berlumpur saat turun hujan, belum lagi objek goa yang tidak terawat.
"Kami pernah mengusulkan kepada pemerintah, agar goa ini ditata, khususnya perbaikan akses jalan, agar bisa menjadi obyek wisata. namun hingga sekarang belum ada respon perbaikan," ungkap Simon, salah seorang warga Padoe.
Suku Padoe, adalah salah satu anak suku kerajaan Tana luwu, yang terdapat di Kabupaten Luwu Timur, dimana mereka lebih memilih hidup didaerah pedalaman sekitar pegunungan verbeck, dengan pola hidup bercocok tanam.
Tengkorak Berserakan di Goa Ini
Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 kilometer dari lokasi perkampungan Suku Padoe di Dusun Lioka, Desa Wawondula, Kecamatan Towuti, dengan mengendarai sepeda motor, menyusuri jalan setapak di kaki bukit Tabarano yang masih ditumbuhi pohon-pohon berukuran besar, dan memancarkan panorama alam yang begitu indah, akhirnya saya tiba di sebuah goa.
Seperti halnya goa-goa yang ada di daerah lain, dimana dinding goa banyak terdapat batu stalagtit dan stalagmit yang melenjong berbentuk runcing, di goa ini juga banyak terdapat di dindingnya.
Menariknya, di dalam liang goa banyak berserakan kerangka tulang belulang dan tengkorak manusia yang berukuran sedikit lebih besar dari kerangka manusia zaman sekarang. Karena dipenuhi tulang dan tengkorak manusia, maka masyarakat Suku Padoe, meyebutnya dengan nama Goa Tengkorak.
Arita, warga suku Padoe yang tinggal di sekitar lokasi goa tengkorak, yang ditemui Rabu (16/5/2012) menuturkan, jika dulunya goa tersebut tidak hanya dipenuhi kerangka manusia, namun di dalam liang goa, banyak terdapat peti yang didalamnya berisi emas dan barang antik, seperti guci dan uang koin kuno, hingga peralatan perang Suku Padoe.
Namun barang–barang antik tersebut, kini hanya tinggal beberapa buah saja, selebihnya hilang dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
"Goa ini adalah tempat penyimpanan jenazah nenek moyang kami di zaman dahulu, dimana saat itu Suku Padoe belum mengenal agama animisme. Namun setelah kami Suku Padoe menganut agama, maka warga yang meninggal dikuburkan ditanah "pekuburan" dan tidak lagi disimpan di dalam lubang goa," tutur Arita.
Selain Goa Tengkorak, juga terdapat Goa Kelelewar di sekitar bukit Tabarano. Walaupun terlihat menarik untuk dikunjungi, namun kedua goa tersebut tidaklah ramai dikunjungi orang, hal ini diakibatkan akses jalan menju ke lokasi goa, sangat jelek dan berlumpur saat turun hujan, belum lagi objek goa yang tidak terawat.
"Kami pernah mengusulkan kepada pemerintah, agar goa ini ditata, khususnya perbaikan akses jalan, agar bisa menjadi obyek wisata. namun hingga sekarang belum ada respon perbaikan," ungkap Simon, salah seorang warga Padoe.
Suku Padoe, adalah salah satu anak suku kerajaan Tana luwu, yang terdapat di Kabupaten Luwu Timur, dimana mereka lebih memilih hidup didaerah pedalaman sekitar pegunungan verbeck, dengan pola hidup bercocok tanam.
Tengkorak Berserakan di Goa Ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar