Tidak Aneh tetapi Tidak Nyata

Tidak Aneh tetapi Tidak Nyata

Kalau dikatakan aneh tetapi nyata kan sudah banyak contohnya di negara kita,
Koran di ibu kota berlomba-lomba memberitakan banyak hal yang kata mereka
Aneh tetapi nyata, ambil saja contoh di media indonesia yang mengangkat berita
Terpidana mengatur pejabat negara sehingga yang namanya eksekusi terpidana
Dapat ditunda sampai sang terpidana lega hatinya dan bersedia secara sukarela
Melenggang masuk ke istana sementara guna merenungkan kesalahan dan dosa.
Ini tergolong kisah yang kata media - aneh tetapi nyata karena jelas ada buktinya.
Tetapi yang sekarang sedang terjadi – walau seringkali luput dari pandangan mata,
Adalah hal-hal yang sama sekali tidak aneh alias biasa–biasa saja tetapi hebatnya
Ini peristiwa yang sama sekali tidak aneh ternyata tidak segera menjadi hal nyata.
Luar biasa bukan, tidak aneh dan biasa-biasa saja tetapi tidak kunjung jadi nyata.
Dan sialnya di Indonesia jumlahnya seperti gunung es raksasa, di permukaan saja
Tampak meraksasa apalagi yang ada di dalam samudera, besarannya jelas bisa
Berpuluh bahkan beratus lipat sehingga membayangkan saja susahnya luar biasa.
Yang lebih parah akhirnya semua hal yang jelas tidak aneh alias biasa-biasa saja,
Eh, tiba-tiba saja semuanya menjadi absurd, tidak jelas, dan akhirnya tidak nyata.

Pejabat negara yang berdusta, umpamanya, ini kan bukan peristiwa aneh jika
Lokasinya di Indonesia, jumlahnya banyak, modusnya tergolong lumrah biasa,
Saksi matanya seringkali banyak jumlahnya, bahkan rekaman bukti kerasnya
Juga tersedia en toh dibantah sekali saja, semuanya menguap ke luar angkasa.
Singkat kata hal yang jelas-jelas tidak aneh tetapi nyatanya hilang begitu saja.
Nah inilah kondisi terakhir negara kita yang tampaknya luput dari kaca mata,
Tidak hanya pengamat masalah politik dan budaya tetapi juga dari para dewa.
Lalu seorang teman yang pengacara sambil berseloroh keluarkan jurus pagoda,
Semakin ke atas kan memang semakin kecil jadi kan sudah biasa jika daya mata
Tidak seawas seperti memirsa bagian paling bawah pagoda yang besar raga.
Belum lagi, katanya, dewi dan dewa keadilan kan berlagak buta karena matanya
Sengaja ditutup kain pengikat kepala, jadi kan sudah masuk logika jika mereka
Gagal mengenali pejabat negara yang kerjanya kalau tidak mengkorup negara
Ya berdusta ... ha ... ha ... ha ... pernyataan yang rasanya ada benarnya juga
Karena faktanya memang begitulah adanya, tidak aneh dan biasa-biasa saja
Tetapi untuk menjadikannya sesuatu yang nyata ternyata sulitnya luar biasa.
Nah kalau sudah seperti ini adanya lalu harus bagaimana saudara-saudara,
Yang aneh tetapi nyata saja cukup banyak jumlahnya, apalagi jika nantinya
Harus ditambah dengan hal-hal yang tidak aneh dan sangat biasa-biasa saja
Tetapi untuk menjadikannya sebagai yang nyata, jalan bukan main terjalnya.
Apa yang harus dikerjakan bersama-sama agar negara tidak semakin lama
Semakin terperosok ke rawa-rawa yang lengkap dengan pasir hisapnya –
Makin melawan makin kuat hisapnya, makin berontak makin dalam masuknya
Lalu apakah kita semua harus diam saja dan tidak melakukan apa-apa?
Mungkin tenggelamnya bisa dipelankan tetapi kan akhirnya toh sama saja,
Hilang sirna jika tidak segera tiba sahabat penolong membawa tali pusaka.
Karenanya bagaimana kalau mulai sekarang disulam rajut bersama-sama
Tali penolong jiwa karena kalau tidak mana ada yang namanya ini negara.
Rajutan pertama bentuknya ya jujur dan tidak berdusta, lalu setelahnya
Barulah tulus tanpa pamrih guna galakkan empati pada semua sesama.

Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Poznan, Poland

tribudhis 10 Apr, 2012

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...