Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi. Dengan begitu harga kebutuhan pokok dipastikan akan ikut naik. Namun, yang disayangkan, pemerintah dinilai tidak merasakan kesulitan yang dirasakan rakyat.
Pengamat Politik Fadjroel Rahman mengatakan itu tercermin dari kebijakan pemerintah membeli pesawat kepresidenan dan tingginya biaya birokrasi.
"Yang sangat tidak menarik, ketika rakyat diharuskan membeli barang dan jasa dengan harga yang tinggi karena BBM dinaikkan, sementara birokrasi malah berfoya-foya dan boros," ujarnya saat dihubungi okezone, Jumat (16/3/2012).
Padahal, tambahnya, semua fasilitas negara dapat beroperasi dengan pajak yang diberikan rakyat. Menurutnya, alangkah baik ketika masa-masa sulit seperti ini, pemerintah memangkas gaji presiden, menteri, biaya birokrasi serta membatalkan rencana pembelian pesawat kepresidenan.
"Akhirnya kita melihat, rupanya kita sama-sama menderita. Tapi kan ini berbeda. yang menderita rakyat, presdien, menteri dan birokrasinya menghabiskan uang," sesalnya.
Pada titik ini, kata dia, rakyat merasakan tidak adanya keadilan yang merata. Ini tentu membuat rakyat marah dan meluapkannya dengan berbagai macam cara seperti aksi demo.
"Kalau kata orang Betawi enak di lu susah di gue. Jadi tidak ada rasa empati terhadap kepentingan publik," ujar Fadjroel dengan dialek Betawi.
Menurutnya, subsidi BBM adalah investasi dari negara kepada rakyatnya. Dengan investasi melalui BBM publik bisa bekerja dan menghasilkan sesuatu atau pendapatan. Pemerintah tentu juga mendapatkan hasilnya yakni pungutan pajak.
"Kalau nanti BBM naik, semua harga naik, daya beli turun, produktifitas turun, dan pajak juga turun," terangnya. (tri)
Okezone News - "Rakyat Susah Payah, Pemerintah Foya-Foya"
ri4nx 16 Mar, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar