Fatwa Haram Membaca Kompas dari MUI ?

Sepertinya Pemerintah itu mau melakukan sesuatu kalau ada KEUNTUNGAN, hal menaikkan BBM misalnya, tentu saja keuntungan di sini dengan dalih demi KESEJAHTERAAN RAKYAT. Walau hal tersebut belum tentu nyata dalam kenyataannya. Sama juga dengan MEDIA, memberitakan sesuatu yang bisa menguntungkan, paling tidak menaikkan oplahnya.

Ketika banyak pembaca uring-uringan membaca berita-berita yang disajikan oleh media massa dan media elektronik itu, akan menaikkan rating medianya dan secara bisnis akan menguntungkan, walau ada orang yang panik, khawatir, atau ketakutan melihat berita yang dilaporkan oleh media itu.

Begitulah mainstream media dalam beroperasi, tak jarang beritanya seperti doktrinasi yang terus menerus dijejalkan kepada pembacanya hingga mampu mempengaruhi psikologinya. Berita buruk semakin dijelek-jelekkan, berita baik bisa juga dipelintir agar menjadi buruk. Kenyataan bahwa hampir segala sesuatunya bisa di-twist dan di-spin untuk mencari keuntungan finansial oleh media selalu saja ada. Apakah semua itu harus kita terima sebagai suatu kenyataan? Kenyataan bahwa konflik, masalah, perseteruan, sudah ada dari sejak zaman Orde Baru, Orde Lama, Nusantara, bahkan sejak sejarah peradaban manusia ditulis di kitab-kitab suci? Kenyataannya bahwa untuk membuat orang marah itu ternyata tidak susah, apalagi lewat media yang bisa cepat menyebar dalam hitungan menit.

Dengan demikian, apakah harus apatis dengan gencarnya berita negatif yang diliput media-media itu? Tentu kita sebagai manusia punya sifat yang simpati, dan perasaan. Namun patut diingat juga bahwa sudah ada orang-orang yang memiliki tugas dan peranan di situ. Misalnya polisi, wakil rakyat, aktivis kemanusiaan, alim ulama dan sebagainya. Lalu apakah sudah layak kalau ada orang yang MEMASANG SPANDUK di pagar gedung WAKIL RAKYAT seperti di bawah ini :
[imagetag] [Image: x2_b538c3e]
Bukankah tugas media itu bagus, karena bisa memaparkan apa yang terjadi? Betul. Memang bagus. Tapi yang dipaparkan tentu sampai kapanpun tidak akan berimbang. Berita yang sensasional dan memicu gejolak emosi seseorang jauh lebih menjual daripada berita yang "biasa saja" (alias berita keberhasilan dan kesuksesan). Jadi kalau tidak suka terhadap salah satu media apakah sudah pantas andaikata MUI benar-benar mengeluarkan FATWA untuk melarang membaca pada salah satu media?
[imagetag] [Image: facebook2-300x225.jpg]


sumber : http://media.kompasiana.com/mainstream-m...-dari-mui/

(author unknown) 07 Mar, 2012

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...