berita-beritadotcom (Surabaya, Jawa Timur): Akhir – akhir ini Jatim, khususnya Surabaya, dihebohkan oleh serangan sejenis kumbang tomcat yang membuat kulit penderita merah melepuh dan panas. Banyak media yang memberitakan keadaan ini dan mendeskripsikan tentang tomcat serta cara mengatasinya.
Hal ini mengundang keprihatinan dr. Ni Putu Susari W. SpKK dari RS Husada Utama, Surabaya, yang mendorongnya untuk berbagi pengetahuan tentang tomcat. Apa itu tomcat, bagaimana gejala serangan serangga ini, berbahayakah dan bagaimana penanganannya?
Dr. Susari menjelaskan, tomcat adalah kumbang rawa yang biasanya hidup di rawa-rawa, pepohonan dan kebun. Tomcat termasuk dalam genus Paederus, maka serangan yang ditimbulkannya sering disebut Dermatitis Paederus atau dermatitis kontak iritan karena toksin pederin yang terdapat pada tubuh serangga ini.
Pederin yaitu lendir yang terdapat pada kulit tomcat yang bersifat toksik dan asam. Jika bersentuhan dengan kulit manusia akan menimbulkan reaksi iritasi beberapa jam kemudian. Gejala muncul dalam waktu 12 – 36 jam setelah bersentuhan dengan kumbang ini.
"Mula-mula berupa bercak kemerahan dan bisa berkembang lepuhan di atasnya, disertai rasa panas/perih. Iritasi ini akan berlangsung 7 hari sampai 3 minggu," ujar dr. Susari pada Minggu (25/03/2012).
Ia menambahkan, setelah bersentuhan dengan tomcat dan terkena serangannya, pederin menyebar ke seluruh bagian kulit, bahkan bisa menimbulkan lesi kulit yang sama di tempat berbeda yang disebut kissing lesions. Biasanya di area lipatan paha atau lengan.
Bagaimana penanganannya? Dr. Susari menganjurkan untuk segera membasuh tangan dan kulit yang terkena dengan menggunakan air dan sabun. Kemudian segera mencari pertolongan ke dokter untuk terapi medisnya.
Ia menekankan untuk tidak mengolesi luka dengan berbagai macam minyak atau bedak karena akan memperparah proses iritasinya / inflamasinya, yang bisa menyebabkan infeksi sekunder. Penyembuhannya bisa meninggalkan bekas kehitaman pada kulit (Post inflammatory hyperpigmentation/PIH).
"Biasanya dokter akan memberikan obat yang mengandung kortikosteroid. Bisa berupa obat topical ataupun yang diminum, bergantung tingkat keparahannya. Jika perlu diberikan antibiotika," ujarnya.
sumber
Hal ini mengundang keprihatinan dr. Ni Putu Susari W. SpKK dari RS Husada Utama, Surabaya, yang mendorongnya untuk berbagi pengetahuan tentang tomcat. Apa itu tomcat, bagaimana gejala serangan serangga ini, berbahayakah dan bagaimana penanganannya?
Dr. Susari menjelaskan, tomcat adalah kumbang rawa yang biasanya hidup di rawa-rawa, pepohonan dan kebun. Tomcat termasuk dalam genus Paederus, maka serangan yang ditimbulkannya sering disebut Dermatitis Paederus atau dermatitis kontak iritan karena toksin pederin yang terdapat pada tubuh serangga ini.
Pederin yaitu lendir yang terdapat pada kulit tomcat yang bersifat toksik dan asam. Jika bersentuhan dengan kulit manusia akan menimbulkan reaksi iritasi beberapa jam kemudian. Gejala muncul dalam waktu 12 – 36 jam setelah bersentuhan dengan kumbang ini.
"Mula-mula berupa bercak kemerahan dan bisa berkembang lepuhan di atasnya, disertai rasa panas/perih. Iritasi ini akan berlangsung 7 hari sampai 3 minggu," ujar dr. Susari pada Minggu (25/03/2012).
Ia menambahkan, setelah bersentuhan dengan tomcat dan terkena serangannya, pederin menyebar ke seluruh bagian kulit, bahkan bisa menimbulkan lesi kulit yang sama di tempat berbeda yang disebut kissing lesions. Biasanya di area lipatan paha atau lengan.
Bagaimana penanganannya? Dr. Susari menganjurkan untuk segera membasuh tangan dan kulit yang terkena dengan menggunakan air dan sabun. Kemudian segera mencari pertolongan ke dokter untuk terapi medisnya.
Ia menekankan untuk tidak mengolesi luka dengan berbagai macam minyak atau bedak karena akan memperparah proses iritasinya / inflamasinya, yang bisa menyebabkan infeksi sekunder. Penyembuhannya bisa meninggalkan bekas kehitaman pada kulit (Post inflammatory hyperpigmentation/PIH).
"Biasanya dokter akan memberikan obat yang mengandung kortikosteroid. Bisa berupa obat topical ataupun yang diminum, bergantung tingkat keparahannya. Jika perlu diberikan antibiotika," ujarnya.
sumber
jenglot123 26 Mar, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar