TOKYO, KOMPAS.com – Belakangan ini aksi-aksi premanisme ramai diperbincangkan orang terkait pemberitaan berbagai media tentang aksi perampokan, pemerasan, pembunuhan bahkan sampai penjualan obat-obatan terlarang.
Sudah barang tentu hal ini membuat masyarakat resah dan menjadi pekerjaan buat penegak hukum guna memberantasnya. Namun, pernahkah terbayang oleh kita bahwa premanisme juga memiliki sisi humanis dan sosial?
Laporan reporter warga di Jepang, Junarto Herdiawan di Kompasiana pada Sabtu kemarin (25/2/2012) mengungkap sisi humanisme kelompok Yakuza di Jepang yang dikenal dengan aksi premanismenya yang mendunia.
Barangkali tidak seperti premanisme di Indonesia yang kerap melakukan aksi brutal di jalanan, menurut laporannya, kelompok Yakuza ternyata juga memiliki agenda kegiatan sosial selain aksi-aksinya yang kerap meresahkan masyarakat dan otoritas Jepang.
Dia memaparkan tentang keterlibatan kelompok Yakuza dalam berbagai aksi sosial dan kemanusiaan seperti pascagempa dan tsunami 2011 lalu.
"Saat gempa bumi Jepang bulan Maret 2011 lalu, peranan Yakuza dalam membantu para korban sangat besar. Ketika seluruh bantuan, baik dari pemerintah maupun asing belum tiba, anggota Yakuza sudah turun ke lapangan dan memberi bantuan bagi para korban." tulis Junanto.
Fakta tersebut juga diungkap dalam sebuah buku karya Tomohiko Suzuki yang berjudul "Yakuza and The Nuclear Industry" yang mengungkap keterlibatan kelompok Yakuza dengan industri nuklir Jepang.
"Saat krisis nuklir di Fukushima mencapai titik kritis, banyak pekerja reaktor yang lari dan keluar dari lokasi.Saat itu, muncul-lah istilah "Fukushima Fifty", atau lima puluh orang yang berani mati dan terus bekerja selama 24 jam di Fukushima. Suzuki menyebutkan bahwa di antara grup heroik tersebut, beberapa anggotanya adalah Yakuza." papar Junanto.
Junanto menambahkan, saat krisis nuklir pascagempa dan tsunami 2011, Yakuza merekrut anggotanya dari seluruh Jepang untuk bekerja memadamkan reaktor nuklir. Mereka dibayar sekitar 50 ribu Yen atau sekitar lima juta rupiah perhari.
Namun, bagi pemerintah Jepang, Yakuza tetaplah sebuah kelompok preman yang sering berbuat onar dan meresahkan masyarakat. Pemerintah Jepang terang-terangan menyatakan perang dengan kelompok Yakuza. Menurut Junanto, upaya memerangi kelompok Yakuza juga dibantu oleh pemerintah Amerika Serikat, salah satunya dengan memberkukan semua rekening yang terkait dengan kelompok ini.
sumber
Sudah barang tentu hal ini membuat masyarakat resah dan menjadi pekerjaan buat penegak hukum guna memberantasnya. Namun, pernahkah terbayang oleh kita bahwa premanisme juga memiliki sisi humanis dan sosial?
Laporan reporter warga di Jepang, Junarto Herdiawan di Kompasiana pada Sabtu kemarin (25/2/2012) mengungkap sisi humanisme kelompok Yakuza di Jepang yang dikenal dengan aksi premanismenya yang mendunia.
Barangkali tidak seperti premanisme di Indonesia yang kerap melakukan aksi brutal di jalanan, menurut laporannya, kelompok Yakuza ternyata juga memiliki agenda kegiatan sosial selain aksi-aksinya yang kerap meresahkan masyarakat dan otoritas Jepang.
Dia memaparkan tentang keterlibatan kelompok Yakuza dalam berbagai aksi sosial dan kemanusiaan seperti pascagempa dan tsunami 2011 lalu.
"Saat gempa bumi Jepang bulan Maret 2011 lalu, peranan Yakuza dalam membantu para korban sangat besar. Ketika seluruh bantuan, baik dari pemerintah maupun asing belum tiba, anggota Yakuza sudah turun ke lapangan dan memberi bantuan bagi para korban." tulis Junanto.
Fakta tersebut juga diungkap dalam sebuah buku karya Tomohiko Suzuki yang berjudul "Yakuza and The Nuclear Industry" yang mengungkap keterlibatan kelompok Yakuza dengan industri nuklir Jepang.
"Saat krisis nuklir di Fukushima mencapai titik kritis, banyak pekerja reaktor yang lari dan keluar dari lokasi.Saat itu, muncul-lah istilah "Fukushima Fifty", atau lima puluh orang yang berani mati dan terus bekerja selama 24 jam di Fukushima. Suzuki menyebutkan bahwa di antara grup heroik tersebut, beberapa anggotanya adalah Yakuza." papar Junanto.
Junanto menambahkan, saat krisis nuklir pascagempa dan tsunami 2011, Yakuza merekrut anggotanya dari seluruh Jepang untuk bekerja memadamkan reaktor nuklir. Mereka dibayar sekitar 50 ribu Yen atau sekitar lima juta rupiah perhari.
Namun, bagi pemerintah Jepang, Yakuza tetaplah sebuah kelompok preman yang sering berbuat onar dan meresahkan masyarakat. Pemerintah Jepang terang-terangan menyatakan perang dengan kelompok Yakuza. Menurut Junanto, upaya memerangi kelompok Yakuza juga dibantu oleh pemerintah Amerika Serikat, salah satunya dengan memberkukan semua rekening yang terkait dengan kelompok ini.
sumber
beown 04 Mar, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar