20-03-2012 20:15
Pengamat sepakbola nasional, Abdurrahman Assegaf, meminta agar pemerintah dapat bersikap tegas dan memberikan ganjaran terhadap tindakan Komite Sepak Bola Indonesia (KPSI) yang telah mengatasnamakan penyelamat sepak bola nasional namun malah merusaknya.
"Tidak hanya dibubarkan, kalau perlu para pelakunya diberikan hukuman yang setimpal. Biarkan pengurus PSSI di bawah pimpinan Djohar Arifin Husin bekerja dan menyelesaikan masa baktinya. Karena, yang diperlukan adalah kepercayaan untuk menjalankan organisasi PSSI dan bukan hujatan," terangnya kepada Bola.net di Kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Selasa (20/3).
Assegaf juga menilai bahwa berlarutnya konflik sepak bola nasional dikarenakan sikap KONI yang cenderung ambifalensi. Seharusnya, dikatakannya lagi, KONI tidak perlu mengakomodir KPSI yang jelas-jelas tidak dikenal oleh FIFA.
Dalam pandangannya, KONI di bawah pimpinan Tono Suratman seharusnya dapat bersikap cerdas dan tidak bertindak ceroboh dengan mengakomodir dan menganak emaskan KPSI.
Dirinya mencontohkan, ketika KONI dipimpin Rita Subowo, tidak sedikitpun merespon kelompok 78 (para pendukung George Toisutta dan Arifin Panigoro) yang berniat mengkudeta PSSI dari Nurdin Halid. Rita Subowo justru bertindak bijaksana dengan menyerahkan segala penyelesaian konflik sepak bola nasional tersebut kepada FIFA.
"KONI sudah terlibat konflik kepentingan. Jangan-jangan, KONI berprinsip maju tidak gentar membela yang bayar. Itu jelas sikap keliru. KONI seharusnya mengakui PSSI sebagai induk organisasi sepak bola Indonesia," tuturnya.
"Kita harus akui bahwa PSSI sudah sangat bersikap arif dengan mengakui kompetisi Indonesia Super League (ISL) yang selama ini dianggap ilegal di dalam Konges Tahunan PSSI di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Minggu (18/3). Kongres tersebut juga menerima 49 calon anggota baru serta menyetujui program kerja dalam setahun ke depan. Ini yang perlu kita beri dukungan," tutupnya. (esa/dzi)
link asli
"menurut kabar burung biru" kalau pak TS ini adalah salah satu komisaris di anak usaha bak
(author unknown) 20 Mar, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar