LICOMEDYa: Ketua Majelis Hakim di persidangan saksi heboh yang artis dan politisi seksi Anginlunas Sundekh alias Angin alias Angi, mengetukkan palu, mengakhiri sidang. Lima pengacara terdakwa kasus suap "Wisma Flamboyan" Nazeroddin, tertegun. Pengunjung di Pengadilan Tepekur, Stadium Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu siang (15/2/22) itu, spontan menggerutu.
Kelima pengacara Nazeroddin saling pandang. "Gila, selama gue jadi pengacara, sampai gue ngeraih doktor, baru kali ini dikerjain saksi. Gue bener-bener keki. Masa' dari awal sampai akhir sidang, BAP (Berita Acara Pemeriksaan, red) dari penyidik KFK setebal bantal, disangkal terus," gerutu pengacara Hotmen Peris pada temannya, Elze Syaref.
"Dari awal sidang, dengar omongannya shoft sok romantis, gue sudah sebel," timpal Elze, ketus sambil melirik sinis ke arah Anginlunas yang meninggalkan ruangan sidang. Lantas, Elze membatin, "Awas Lu, Ngi! Lu sudah ngelecehin gue. Apa dikira Lu aja yang seksi, cantik. Bulsit, mentang-mentang Lu janda. Yang ikut sidang mulai majelis hakim, jaksa, dan pengacara banyak yang laki, terus Lu pakai gaya ganjen. Ngomong dilembut-lembutin."
Hotmen melihat Elze melirik sinis ke arah Anginlunas, kontan menyela, "Waktu dia terus-terusan nyangkal pertanyaan gue, hampir aja gue emosi seperi Lu, Ze! Untungnya, gue bisa nahan, nggak sampai kebablasan emosi kaya' Lu." Lantas, Hotmen penasaran refleks memandang Angin yang dikawal banyak bodyguard meninggalkan pintu sidang. Hotmen lagi-lagi membatin, "Ach Ze, Lu khan nggak tahu, gue nyecar pertanyaan tajam itu sebenarnya gemes aja. Abis suara Anginlunas ganjen, sih. Uhuuy gitulah. Lu kan perempuan, nggak tahu gimana perasaan gue yang laki kalau ngadepin janda Uhuuy model Angin, hehe…."
Lain lagi, pemandangan di antara Jaksa Penuntut Umum (JPU). Paling mencolok adalah sikap salah satu JPU, yang saat mendapat giliran bertanya pada Angin, terkesan paling kritis dan tajam karena mengaitkan filsafat komunikasi "Salah itu susah, bohong itu bolong". Dia terlihat bak 'hero' di antara rekan-rekannya sesama JPU. "Siip… Pertanyaanku yang kritis dan substantif tadi pasti dilihat jutaan pemirsa teve. Tapi, kenapa ya, Angin kok kekeh membantah semua pertanyaan JPU, hakim, dan pengacara? Jangan-jangan ada orang kuat di belakang Angin? Duh gawat kalau bener, bisa-bisa nasib karierku di-"kotak" tahunan," gumam JPU "hero" ini dalam hati.
DITERIAKI KURUPTOR
Di halaman Gedung Pengadilan Tepekur, Angin yang dikawal banyak bodyguard nampak diteriaki ratusan pendemo. "Huu… cantik-cantik kuruptor.., seksi-seksi kuruptor.., kuruptor ganjen.., kuruptor uhuuy…!, begitu teriak para pendemo bersahut-sahutan.
Kali ini, Angin benar-benar nervous. "Ngatain gue koruptor-koruptor. Gue tahu siapa di belakang Lu, Bro!", gumam Angin dalam hati. Rupanya, Angin lebih bisa menghadapi ratusan hakim, ratusan jaksa atau ratusan pengacara ketimbang ratusan pendemo "beringas" seperti itu.
Lebih nervous lagi ketika Angin melihat para wartawan yang jumlahnya nyaris sama dengan pendemo, yang merangsek mengikuti langkahnya dan berupaya bisa mewawancarai. Angin pun mengunci mulut rapat-rapat, dan hanya bisa menjawab dengan memaksa untuk senyum "tipu-tipu".
Beruntung, bodyguard dan aparat keamanan berhasil melindunginya hingga lolos dari kerumunan wartawan, dan masuk ke dalam mobil. Braak…. pintu dan kaca riben mobil Harroe Hitam Nopol B 154 NI ditutupnya rapat-rapat. Angin langsung bersandar di jok bagian belakang.
Lantas, Angin pun menghela nafas panjang, dan sedikit lega. "Yes! Selesai sudah akting gue, Bro!", gumam Angin sambil mengepalkan tangan. "Cuma, gue sebel ama Nazer. Tega-teganya mojokin gue di depan umum. Bener-bener bulsit," tambah Angin nyengir, sembari pejam mata. Nah! * LI04
SUMBER
Kelima pengacara Nazeroddin saling pandang. "Gila, selama gue jadi pengacara, sampai gue ngeraih doktor, baru kali ini dikerjain saksi. Gue bener-bener keki. Masa' dari awal sampai akhir sidang, BAP (Berita Acara Pemeriksaan, red) dari penyidik KFK setebal bantal, disangkal terus," gerutu pengacara Hotmen Peris pada temannya, Elze Syaref.
"Dari awal sidang, dengar omongannya shoft sok romantis, gue sudah sebel," timpal Elze, ketus sambil melirik sinis ke arah Anginlunas yang meninggalkan ruangan sidang. Lantas, Elze membatin, "Awas Lu, Ngi! Lu sudah ngelecehin gue. Apa dikira Lu aja yang seksi, cantik. Bulsit, mentang-mentang Lu janda. Yang ikut sidang mulai majelis hakim, jaksa, dan pengacara banyak yang laki, terus Lu pakai gaya ganjen. Ngomong dilembut-lembutin."
Hotmen melihat Elze melirik sinis ke arah Anginlunas, kontan menyela, "Waktu dia terus-terusan nyangkal pertanyaan gue, hampir aja gue emosi seperi Lu, Ze! Untungnya, gue bisa nahan, nggak sampai kebablasan emosi kaya' Lu." Lantas, Hotmen penasaran refleks memandang Angin yang dikawal banyak bodyguard meninggalkan pintu sidang. Hotmen lagi-lagi membatin, "Ach Ze, Lu khan nggak tahu, gue nyecar pertanyaan tajam itu sebenarnya gemes aja. Abis suara Anginlunas ganjen, sih. Uhuuy gitulah. Lu kan perempuan, nggak tahu gimana perasaan gue yang laki kalau ngadepin janda Uhuuy model Angin, hehe…."
Lain lagi, pemandangan di antara Jaksa Penuntut Umum (JPU). Paling mencolok adalah sikap salah satu JPU, yang saat mendapat giliran bertanya pada Angin, terkesan paling kritis dan tajam karena mengaitkan filsafat komunikasi "Salah itu susah, bohong itu bolong". Dia terlihat bak 'hero' di antara rekan-rekannya sesama JPU. "Siip… Pertanyaanku yang kritis dan substantif tadi pasti dilihat jutaan pemirsa teve. Tapi, kenapa ya, Angin kok kekeh membantah semua pertanyaan JPU, hakim, dan pengacara? Jangan-jangan ada orang kuat di belakang Angin? Duh gawat kalau bener, bisa-bisa nasib karierku di-"kotak" tahunan," gumam JPU "hero" ini dalam hati.
DITERIAKI KURUPTOR
Di halaman Gedung Pengadilan Tepekur, Angin yang dikawal banyak bodyguard nampak diteriaki ratusan pendemo. "Huu… cantik-cantik kuruptor.., seksi-seksi kuruptor.., kuruptor ganjen.., kuruptor uhuuy…!, begitu teriak para pendemo bersahut-sahutan.
Kali ini, Angin benar-benar nervous. "Ngatain gue koruptor-koruptor. Gue tahu siapa di belakang Lu, Bro!", gumam Angin dalam hati. Rupanya, Angin lebih bisa menghadapi ratusan hakim, ratusan jaksa atau ratusan pengacara ketimbang ratusan pendemo "beringas" seperti itu.
Lebih nervous lagi ketika Angin melihat para wartawan yang jumlahnya nyaris sama dengan pendemo, yang merangsek mengikuti langkahnya dan berupaya bisa mewawancarai. Angin pun mengunci mulut rapat-rapat, dan hanya bisa menjawab dengan memaksa untuk senyum "tipu-tipu".
Beruntung, bodyguard dan aparat keamanan berhasil melindunginya hingga lolos dari kerumunan wartawan, dan masuk ke dalam mobil. Braak…. pintu dan kaca riben mobil Harroe Hitam Nopol B 154 NI ditutupnya rapat-rapat. Angin langsung bersandar di jok bagian belakang.
Lantas, Angin pun menghela nafas panjang, dan sedikit lega. "Yes! Selesai sudah akting gue, Bro!", gumam Angin sambil mengepalkan tangan. "Cuma, gue sebel ama Nazer. Tega-teganya mojokin gue di depan umum. Bener-bener bulsit," tambah Angin nyengir, sembari pejam mata. Nah! * LI04
SUMBER
asep50 16 Feb, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar